Selasa, 30 Oktober 2012

Cinta Itu Penderitaan dan Sebuah Pengorbanan

Cinta Itu Penderitaan dan Sebuah Pengorbanan
  
Ketika saya dipertanyakan akan apa deskripsi cinta, saya memiliki sebuah konsep yang mungkin saya rasa jarang ada pada 1000 orang di dunia. Simple aja, cinta itu berarti mau menderita dan mau berkorban. Mau menderita artinya siap menerima segala resiko yang ada dalam menjalin suatu hubungan, baik itu rasa sakit akibat cemburu, rasa benci, rasa kurang diperhatikan, rasa tidak dihargai oleh pasangan dsb yang saya anggap itu adalah sebagian dari wujud penderitaan. Sedangkan mau berkorban disini ialah, mau memberikan (mengapresiasikan) seluruh hidup, waktu, biaya maupun segalanya demi membahagiakan pasangan kita. Namun, dari pengalaman saya, saya tidak pernah jera untuk selalu memakai kedua konsep ini, walaupun pada akhirnya saya kebanyakan lebih sering ditinggalkan oleh pasangan kekasih saya.

Berdasarkan pengalaman saya, saya ingin menceritakan suatu kisah cinta yang selalu gagal dan mungkin saya harap yang terakhir ini adalah orang yang benar-benar disiapkan oleh Tuhan Allah untuk mendampingi hidupku.

Cinta Pertama
Cerita ini berawal ketika waktu itu umur saya masih muda belia, saya masih kelas 1 SMP dan masih belum mengenal apa yang namanya cinta ataupun perasaan suka dan sayang. Saya termasuk orang yang keluarganya berlatar belakang semampunya, tidak sederhana dan tidak juga miskin. Saya dulu sangat suka bermain piano dan sering latihan digereja dengan membawa piano kecil (yang beratnya sekitar 2 kg) dan berjalan kaki sambil mengangkat piano itu ke gereja. Dari situ saya sadar bahwa setiap hari ada yang memperhatikan saya, melihat saya bahkan mengagumi saya dari jauh dan akhirnya orang tersebut menyatakan perasaannya kepada saya. Walaupun masih tidak mengerti saya setuju saja untuk menjalani hubungan dengan orang tersebut yang bernama Jeruk (nama samaran :D). Namun kami berbeda umur 5 tahun, saya baru naik ke kelas 2 SMP waktu itu dan ia sudah masuk perguruan tinggi (kuli...ah). Kisah cinta pertama saya ini begitu rumit karena saya lebih sering takut dan tidak berani apa-apa, hanya dapat bertemu dan makan saja. Jalan-jalanpun kami tidak berani, dan syukurlah si Jeruk ini satu gereja dengan saya, jadi bisa ketemu tiap hari deh. Disini saya mengalami suatu penderitaan yaitu bagaimana rasanya hubungan yang masih tidak direstui oleh orang tua (maklum cinta monyet :P) dan kesedihan karena iri dengan pasangan-pasangan yang lainnya. Hampir setiap hari saat sedang SMS-an saya selalu menangis karena tidak pernah diajak jalan oleh si Jeruk itu. Kami jalani kisah cinta itu selama kurang lebih 1 tahun dan akhirnya kami mengakhirinya karena ada sesuatu yang tidak bisa ia terima dariku. Aku hanya dapat menangis, ketika ia mengatakan bahwa ia akan kembali lagi nanti untuk menjemputku disini.. Tapi sampai sekarang tu orang gak balik-balik tuh.. (kena getah janji palsu).



(To be continued)

1 komentar: